Rabu, 29 Juni 2016


Syafaat Nabi Kepada Umatnya Yang Banyak Dosa

Abdullah bin Amr bin Ash ra. menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Di antara penghadap kiblat (umat Islam), ada yang dimasukkan ke neraka. Tidak seorang pun yang sanggup menghitung jumlahnya, kecuali Allah swt. Mereka masuk neraka karena durhaka kepada Allah swt., berani melakukan kedurhakaan kepada-Nya, dan tidak mau mematuhi-Nya. Lalu aku diperkenankan untuk memberi syafaat, maka aku memuji kepada Allah dalam keadaan bersujud, demikian pula aku memuji-Nya dalam keadaan berdiri. Kemudian dikatakan kepadaku, ‘Angkatlah kepalamu! Mintalah, niscaya permintaanmu akan dikabulkan; dan syafaatilah, niscaya syafaatmu akan diterima’.”


Abu Hurairah ra. bercerita, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw., ‘Wahai Rasulullah, apa jawaban Tuhan tentang syafaat itu?’. Rasulullah saw. menjawab, ‘Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, aku menduga bahwa engkaulah orang pertama yang bertanya kepadaku mengenai hal itu. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, sungguh dapat membahagiakan mereka karena masuk surga itu lebih membahagiakan hatiku daripada kesempurnaan syafaatku untuk mereka, dan syafaatku untuk orang yang bersaksi dengan ikhlas bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah swt. dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Hatinya membenarkan lisannya dan lisannya membenarkan hatinya.”
Yang disampaikan Rasulullah saw. itu menjelaskan tentang betapa mendalamnya kecintaan dan kasih sayang beliau kepada umat Islam. Bahkan, beliau merasa lebih berbahagia dengan masuknya umat Islam ke surga ketimbang kebahagiaan beliau sebagai pemberi syafaat yang paling agung di sisi Allah swt. pada hari kiamat. Maka, tidaklah mengherankan kalau Allah swt. memuji beliau dalam salah satu firman-Nya :
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam : 4)
Wallahu A’lam
Sumber : Ensiklopedi Al-Qur’an

Jumat, 03 Juni 2016

Kuserahkan Putriku Padamu (Renungan untuk Para Suami Yang Bikin Merinding)

Tolongshareya -  Sahabat tolongshareya, Saat pertama kali putri kecil kita terlahir di dunia, dia menjadi simbol kebahagiaan bagi kita, orang tuanya. Bahagia yang tiada tara kita rasakan karenanya. Kita menjaganya siang dan malam, sampai kita melupakan keadaan diri sendiri. Kita sadar, memang seharusnyalah seperti itu kewajiban orang tua yang sebenarnya.

Kita besarkan dia dengan segenap jiwa dan raga. Kita didik dengan semaksimal ilmu yang kita punya. Dan kita jaga dia dengan penuh kehati-hatian.
Dan waktupun berlalu…
Dia kini telah menjadi sesosok gadis yang cantik. Betapa bangga kita memilikinya. Kita berpikir, betapa cepat waktu berlalu, dan terbersit dalam hati kita untuk tetap menahannnya disini. Bukan bermaksud meletakkan ego kita atas hidupnya, Namun sebagai orang tua, siapa yang dapat berpisah dari anaknya. Putri kesayangannnya.
Tapi,…
Hari ini, akhirnya datang juga. Saat dimana kita harus melihatnya terbalut dalam pakaian cantik, yaitu gaun pengantinnya. Gadis kecil kita telah tumbuh dewasa. Dan sesudah ijab kabul ini, kau lah kini yang menjadi penjaganya. Menggantikan kita. Mari ikatkan tanganmu kepadanya.
Waktu akhirnya memaksa kita berpisah dengannya. Walaupun kau adalah orang yang asing dan baru sebentar dikenalnya, sedangkan kita adalah orang tuanya yang telah mengorbankan semua yang kita punya untuknya. Namun, tak ada sama sekali kemarahan kita atas dirimu, menantuku. Namun ijinkan kita sedikit meluapkan kesedihan atas seorang putri kita yang harus jauh meninggalkan kita, karena harus mengikutimu. kitapun tak akan protes kepadamu, karena mulai hari ini, dia harus mengutamakan kau diatas kita.
Tolong, jangan beratkan hatinya, karena sebenarnya pun hatinya telah berat untuk meninggalkan kita dan hanya mengabdi kepadamu. Seperti hal nya anak yang ingin berbakti kepada orang tua, pun demikian dengannya. kita tidak keberatan apabila harus sendiri, tanpa ada gadis kecil kita dulu yang selalu menemani dan menolong kita dimasa tua.
Dia kini telah menjadi sesosok gadis yang cantik. Betapa bangga kita memilikinya. kita berpikir, betapa cepat waktu berlalu, dan terbersit dalam hati kita untuk tetap menahannnya disini. Bukan bermaksud meletakkan ego kita atas hidupnya, Namun sebagai orang tua, siapa yang dapat berpisah dari anaknya. Putri kesayangannnya.
Tapi,…
Hari ini, akhirnya datang juga. Saat dimana kita harus melihatnya terbalut dalam pakaian cantik, yaitu gaun pengantinnya. Gadis kecil kita telah tumbuh dewasa. Dan sesudah ijab kabul ini, kau lah kini yang menjadi penjaganya. Menggantikan kita. Mari ikatkan tanganmu
kepadanya.
Waktu akhirnya memaksa kita berpisah dengannya. Walaupun kau adalah orang yang asing dan baru sebentar dikenalnya, sedangkan kita adalah orang tuanya yang telah mengorbankan semua yang kita punya untuknya. Namun, tak ada sama sekali kemarahan kita atas dirimu, menantuku. Namun ijinkan kita sedikit meluapkan kesedihan atas seorang putri kita yang harus jauh meninggalkan kita, karena harus mengikutimu. Kitapun tak akan protes kepadamu, karena mulai hari ini, dia harus mengutamakan kau diatas kita.
Tolong, jangan beratkan hatinya, karena sebenarnya pun hatinya telah berat untuk meninggalkan kita dan hanya mengabdi kepadamu. Seperti hal nya anak yang ingin berbakti kepada orang tua, pun demikian dengannya. Kita tidak keberatan apabila harus sendiri, tanpa ada gadis kecil kita dulu yang selalu menemani dan menolong kita dimasa tua.


kitai menikahkanmu dengan anak gadis kita dan memberikan kepadamu dengan cuma- cuma, kita hanya memohon untuk dia selalu kau jaga dan kau bahagiakan.
Jangan sakiti hatinya, karena hal itu berarti pula akan menyakiti kita. Dia kita besarkan dengan segenap jiwa raga, untuk menjadi penopang harapan kita dimasa depan, untuk mengangkat kehormatan dan derajat kita. Namun kini kita harus menitipkannya kepadamu. Kita tidaklah keberatan, karena berarti terjagalah kehormatan putri kita.
Jika kau tak berkenan atas kekurangannya, ingatkanlah dia dengan cara yang baik, mohon jangan sakiti dia, sekali lagi, jangan sakiti dia.
Suatu saat dia menangis karena merasa kasihan dengan kita yang mulai menua, namun harus sendiri berdua disini, tanpa ada kehadirannya lagi. Tahukah engkau wahai menantuku, bahwa kau pun memiliki orang tua, pun dengan istrimu ini. Disaat kau perintahkan dia untuk menemani orang tuamu disana, pernahkah kau berpikir betapa luasnya hati istrimu? Dia mengorbankan egonya sendiri untuk tetap berada disamping orang tuamu, menjaga dan merawat mereka, sedang kita tahu betapa sedih dia karena dengan itu berarti orang tuanya sendiri, harus sendiri. Sama sekali tiada keluh kesah darinya tentang semua itu, karena semua adalah untuk menepati kewajibannya kepada Allah.
Dia mementingkan dirimu dan hanya bisa mengirim doa kepada kita dari jauh. Jujur, sedih hati kita saat jauh darinya. Namun apalah daya kita, memang sudah masa seharusnya seperti itu, kau lebih berhak atasnya dari pada kita, orang tuanya sendiri.
Maka hargailah dia yang telah dengan rela mengabdi kepadamu. Maka hiburlah dia yang telah membuat keputusan yang sedemikian sulit. Maka sayangilah dia atas semua pengorbanannya yang hanya demi dirimu. Begitulah cantiknya putri kita, Semoga kau mengetahui betapa berharganya istrimu itu, jika kau menyadari.
Semoga bermanfaat bagi sahabat tolongshareya.



Sumber: akhwatmuslimah.com

Related Posts :

0 Response to "Kuserahkan Putriku Padamu (Renungan untuk Para Suami Yang Bikin Merinding)"

Rabu, 01 Juni 2016


YANG SAYANG IBUNYA WAJIB BACA "JASA IBU UNTUK KITA RENUNGKAN" SHARE KALAU MENURUT KALIAN BERMANFAAT


Apa yang paling dinanti seseorang wanita yang barusan menikah? Pastinya jawabannya yaitu : k-e-h-a-m-i-l-a-n.

Seberapa jauh juga jalan yang perlu ditempuh, seberat apa pun langkah yang harus diayun, seberapa lama juga saat yang perlu dijalani, tidak kenal menyerah untuk mendapatkan satu kepastian dari seseorang bidan : p-o-s-i-t-i- f.

Walau berat, tidak ada yang membuatnya dapat bertahan hidup terkecuali benih dalam kandungannya. Menangis, tertawa, sedih serta bahagia tidak tidak sama baginya, lantaran ia lebih mementingkan apa yang di rasa si kecil di perutnya.

Seringkali ia bertanya :

Menangiskah ia? Tertawakah ia? Sedihkah atau bahagiakah ia didalam sana? Bahkan juga saat waktunya tiba, tidak ada yang dapat menandingi cinta yang pernah diberikannya, saat itu mati juga akan dipertaruhkannya seandainya generasi penerusnya itu dapat terlahir ke dunia.

Rasa sakit juga sirna, saat mendengar tangisan pertama si buah hati, tidak perduli d4rah serta keringat yang selalu bercucuran. Detik itu, satu episode cinta barusan berputar. Tidak ada yang lebih membanggakan untuk diperbincangkan terkecuali anak.

Tidak satu juga topik yang paling menarik untuk didiskusikan bersama-sama rekan sekerja, rekan sejawat, kerabat ataupun keluarga, terkecuali anak. Si kecil barusan berucap " Ma? " selekasnya ia mengangkat telepon untuk menyampaikan kabar ke semuanya yang ada di daftar telephone.

Waktu baru pertama berdiri, ia juga berteriak histeris, pada haru, bangga serta sedikit takut si kecil terjatuh serta luka.

Hari pertama sekolah yaitu pertama kalinya matanya melihat langkah awal kesuksesannya. Walau sewaktu yang sama, fikirannya selalu menerawang serta bibirnya tidak lepas berdoa, mengharapkan sang suami tidak berhenti rezekinya. Supaya langkah kaki kecil itu juga tidak berhenti di dalam jalan. " Untuk anak ", " Untuk anak ", jadi alasan paling utama saat ia ada di pasar belanja keperluan si kecil.

Waktu ia ada di pesta seseorang kerabat atau keluarga serta membungkus sebagian potong makanan dalam tissue. Ia senantiasa mengingat anaknya dalam tiap-tiap suapan nasinya, tiap-tiap gigitan kuenya, setiap saat akan belanja pakaian untuk dia. Seringkali, ia urung beli pakaian untuk dianya serta bertukar mengambil pakaian untuk anak. Walau sebenarnya, baru kemarin sore ia beli pakaian si kecil.

Walau juga, terkadang ia mesti berhutang. Lagi-lagi atas satu alasan, untuk anak. Di waktu pusing fikirannya mengatur keuangan yang serba terbatas, periksalah catatannya.

Di kertas kecil itu tertulis :

1. Beli susu anak

2. Uang sekolah anak.

Nomor urut setelah itu baru keperluan yang lain. Namun jelas di situ, keperluan anak selalu jadi prioritasnya. Bahkan juga, tidak ada beras dirumah juga tidak kenapa, seandainya susu si kecil tetaplah
terbeli.

Takkan dibiarkan si kecil menangis, apapun bakal dilakukan agar
senyum serta tawa riangnya tetaplah terdengar. Ia jadi guru yang tidak pernah digaji, jadi pembantu yang tidak pernah dibayar, jadi pelayan yang kerap terlupa dihargai, serta jadi babby sitter yang paling setia.

Sesekali ia menjelma jadi puteri salju yang bernyanyi merdu menanti suntingan sang pangeran. Keesokannya ia ikhlas jadi kuda yang meringkik, lari menguber serta menyingkirkan musuh supaya tidak mengganggu.

Atau saat ia dengan lihainya jadi seekor kelinci yang melompat-lompat melingkari kebun, mencari wortel untuk makan keseharian. Cuma tawa serta jerit lucu yang menginginkan didengarnya dari beberapa cerita yang tidak pernah tidak hadir didongengkannya.

Kantuk serta lelah tidak lagi dihiraukan, walaupun harus menyamarkan nada menguapnya dengan auman harimau. Atau berpura-pura si nenek sihir terjatuh dan mati sebatas untuk dapat memejamkan mata barang sedetik.

Tetapi, si kecil belum juga terpejam serta memohonnya bercerita dongeng ke demikian. Dalam kantuknya, ia juga selalu mendongeng. Tidak ada yang dikerjakannya di setiap pagi
sebelumnya mempersiapkan sarapan anak-anak yang bakal pergi ke sekolah.

Tidak satu juga yang paling ditunggu kepulangannya terkecuali suami serta anak-anak terkasih. Dan merta kalimat, " telah makan belum? " tidak lupa terlontar. Waktu barusan masuk tempat tinggal. Tidak perduli walau si kecil yang dahulu sering ia timang dalam dekapannya itu, saat ini telah jadi orang dewasa yang mungkin beli makan siangnya sendiri di Sekolahnya.

Hari saat si anak yang sudah dewasa itu dapat memutuskan terutama dalam kehidupannya, untuk memastikan jalan hidup berbarengan pasangannya, siapa yang paling menangis?

Siapa yang lebih dahulu menitikkan air mata? Lihatlah pojok matanya, sudah jadi samudera air mata dalam waktu relatif cepat.

Langkah beratnya ikhlas mengantar buah hatinya ke kursi pelaminan. Ia menangis lihat anaknya tersenyum bahagia dibalut gaun pengantin. Di waktu itu, ia juga sadar, buah hati yang bertahun-tahun jadi kubangan curahan cintanya itu tidak lagi cuma miliknya.

Ada satu hati lagi yang tertambat, yang dalam harapnya ia berlirih, " Masihkah kau anakku? " Waktu senja tiba. Saat keriput di tangan serta muka mulai bicara mengenai usianya. Ia juga sadar, kalau sebentar lagi masanya kan selesai.

Hanya satu pinta yang sering terucap dari bibirnya, " Apabila ibu meninggal, ibu menginginkan anak-anak ibu yang memandikan. Ibu menginginkan dimandikan sembari dipangku kalian ".

Tidak cuma itu, imam shalat jenazah juga ia memohon dari satu diantara anaknya. " Supaya tidak percuma ibu mendidik kalian jadi anak yang shalih & shalihat sejak kecil, " ujarnya.

Duh ibu, semoga saya dapat menjawab pintamu itu nantinya. Bagaimana mungkin saja saya tidak menginginkan memenuhi pinta itu? Mulai sejak saya kecil ibu sudah mengajarkan makna cinta sesungguhnya. Ibulah madrasah cinta saya, Ibulah sekolah yang cuma miliki satu mata pelajaran, yaitu " cinta ".

Sekolah yang cuma punya satu guru yakni " pecinta ". Sekolah yang semuanya murid-muridnya di beri satu nama : " anakku terkasih ".

SEMOGA BERMANFAAT

Selasa, 01 Maret 2016



DELPHI  7

Pertama bukan Aplikasi Delphi 7.
Gambar: Tampilan Form Delphi 


masukan Label dengan icon A kedalam Form, ganti caption Label dengan "Angka" gunanya sebagai nama untuk label yang ada pada Form.


masukan Edit untuk menginput data, dengan icon abc.




masukan kembali label dengan caption "terbilang" dan masukan memo untuk menampilkan "terbilang"





masukan "button" dengan caption "Proses" gunanya sebagai tombol untuk memproses nilai yang telah dimasukan pada edit.




klik 2 kali pada "button proses" untuk memasukan coding
  -------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 
var
varangka:array[1..9] of string=('satu','dua','tiga','empat','lima','enam',
                        'tujuh','delpan','sembilan');
  Form1: TForm1;

implementation

{$R *.dfm}

procedure TForm1.Button1Click(Sender: TObject);


begin
if length(edit1.Text)= 3 then
        if Edit1.Text='110' then Memo1.Text:='seratus sepuluh' else
        if Edit1.Text='111' then Memo1.Text:='seratus sebelas' else
        if Edit1.Text='120' then Memo1.Text:='seratus dua puluh' else
        if Edit1.Text='121' then Memo1.Text:='seratus dua puluh satu ' else
        if Copy(Edit1.Text,1,1)= '1' then
          memo1.Text:='seratus '+ varangka[strtoint(copy(edit1.Text,3,1))] + ' belas '
              else
              if Copy(Edit1.Text,1,1)= '1' then
              memo1.Text:='seratus '+ varangka[strtoint(copy(edit1.Text,3,1))] + ' puluh '
              + varangka[strtoint(copy(edit1.Text,3,1))]
                else

        memo1.Text:=varangka[strtoint(copy(edit1.Text,1,1))] + ' ratus ' +
        varangka[strtoint(copy(edit1.Text,2,1))] + ' puluh ' +
        varangka[strtoint(copy(edit1.Text,3,1))]

else
if length(edit1.Text)= 2 then
        if Edit1.Text='10' then Memo1.Text:='sepuluh' else
        if Edit1.Text='11' then Memo1.Text:='sebelas' else
        if Copy(Edit1.Text,1,1)= '1' then
                memo1.Text:=varangka[strtoint(copy(edit1.Text,2,1))] + ' belas '
                else

        memo1.Text:=varangka[strtoint(copy(edit1.Text,1,1))] + ' puluh ' +
        varangka[strtoint(copy(edit1.Text,2,1))]
else
memo1.Text:=varangka[strtoint(copy(edit1.Text,1,1))] + ' ribu '+
                varangka[strtoint(copy(edit1.Text,2,1))] + ' ratus '+
                varangka[strtoint(copy(edit1.Text,3,1))] + ' puluh ' +
                varangka[strtoint(copy(edit1.Text,4,1))];

end;
end.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------