EUTAMAAN IKHLAS
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : إِنَّ اللهَ لاَ
يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى
قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu
‘alihi wa sallam telah bersabda,”Sesungguhnya Allah tidak memandang
kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia
melihat kepada hati dan amal kalian”.
Di dalam Al Quran, Allah memuji orang-orang yang ikhlas. Mereka tidak
menghendaki dari amalnya tersebut, kecuali wajah Allah dan
keridhaanNya. Tidak terpengaruh dengan apa-apa yang berada dibalik
keridhaan dan pujian manusia. Mereka adalah orang-orang yang berbuat
kebajikan, menolong orang lain dan memberi makan karena mengharap wajah
Allah. Mereka tidak mengharapkan balasan dan ucapan terimakasih dari
seorang pun. Di antara mereka, ada yang berinfaq mencari keridhaan
Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam disuruh bersabar bersama
orang-orang yang selalu berdo`a kepada Allah karena mengharap wajahNya.
Mereka itulah yang disebutkan Allah dalam firmanNya :
إِنَّ الْأَبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِن كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا
عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللَّهِ يُفَجِّرُونَهَا تَفْجِيرًا
يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ َرُّهُ مُسْتَطِيرًا
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاءً
وَلَا شُكُورًا إِنَّا نَخَافُ مِن رَّبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا
قَمْطَرِيرًا
Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan, minum dari gelas
(berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur, (yaitu) mata air
(dalam surga); yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka
dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. Mereka menunaikan nadzar dan
takut akan suatu hari yang adzabnya merata dimana-mana. Dan mereka
memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan
orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah
untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari
kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan
adzab (yang datang) dari Rabb kami, pada suatu hari; yang (pada hari itu
orang-orang bermuka) masam, penuh kesulitan. [Al Insan : 5-10].
وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ
اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ
أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِن لَّمْ يُصِبْهَا
وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena
mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah
kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat,
maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat
tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha
Melihat apa yang kamu perbuat. [Al Baqarah: 265]
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ
وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ
تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا
قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang yang menyeru Rabb-nya
di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaanNya. Dan janganlah
kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharap perhiasan
kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya
telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya,
dan adalah keadaannya itu melewati batas. [Al Kahfi : 28].
DI ANTARA KEUTAMAAN IKHLAS DAN BUAHNYA
1. Seseorang yang ikhlas dan beramal karena Allah, maka di dunia dia
akan dapat bertawassul (……) kepada Allah dengan amalnya yang ikhlas
karena Allah itu, agar dia selamat dari setiap kesulitan dan kesusahan
serta musibah yang menimpanya.
Di dalam hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam
Muslim, dari sahabat Abdullah bin Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu,
dikisahkan tentang tiga orang yang terpaksa bermalam di dalam gua,
kemudian tiba-tiba ada sebuah batu besar jatuh dari atas gunung hingga
menutup pintu gua itu. Lalu mereka berkata, bahwa tidak ada yang dapat
menyelamatkan mereka, melainkan mereka harus berdo’a kepada Allah dengan
(menyebutkan) amal mereka yang paling shalih, …… kemudian mereka
menyebutkan amal mereka masing-masing yang ikhlas karena Allah, agar
batu itu bergeser dan mereka dapat keluar. Dengan pertolongan Allah,
mereka dapat keluar dari gua tersebut.[1]
2. Selamatnya Nabi Yusuf Alaihissallam dari godaan wanita yang akan
menjerumuskannya pada perzinaan disebabkan pertolongan Allah Azza wa
Jalla dan keikhlasannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَن رَّأَىٰ بُرْهَانَ
رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ
مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu)
dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita
itu, andaikan dia tidak melihat tanda (dari) Rabb-nya. Demikianlah agar
kami memalingkan daripadanya kemunkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf
itu termasuk hamba Kami yang terpilih. [Yusuf : 24].
3. Seorang ghulam (pemuda) yang mu’min, dengan keikhlasannya dan
pertolongan dari Allah, ia mendapat kedudukan yang besar di sisi Allah.
Yaitu dengan berimannya sebagian besar rakyat dengan kematiannya. Dia
menyuruh Sang Raja, bila ingin membunuhnya, maka Sang Raja harus
mengatakan بسم الله برب الغلام di hadapan rakyatnya. Lalu dilepaskan
anak panah dan matilah anak muda ini. Seketika itu juga, rakyat yang
menyaksikan kejadian ini berucap “kami beriman kepada Rabb anak muda
ini”. [2]
4. Seseorang yang mengucapkan kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (La
ilaha illallah) dengan ikhlas, ia akan dibukakan pintu-pintu langit,
dihapus dosa-dosanya, dan diharamkan Allah Azza wa Jalla masuk neraka.
[4]
5. Orang yang berwudhu dengan ikhlas akan dihapuskan dosa-dosanya. [HR Muslim].
6. Orang yang bersujud dengan ikhlas, ia akan diangkat derajatnya
oleh Allah dan dihapuskan satu kesalahan. [HR Ahmad, Tirmidzi dan
Nasa-i].
7. Orang yang berpuasa dengan ikhlas, ia akan dihapuskan dosa-dosanya yang lalu. [HR Bukhari].
8. Orang yang pergi shalat berjama’ah di masjid dengan ikhlas, maka
setiap langkahnya menuju masjid akan menghapuskan dosa dan mengangkat
derajatnya sampai masuk masjid. Dan bila ia masuk masjid, maka malaikat
bershalawat atasnya dan mendo’akannya:
“Ya Allah, berilah rahmat kepadanya. Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya. Ya Allah, terimalah taubatnya”.
Selama di tempat shalat itu ia tidak mengganggu orang lain dan selama
belum hadats (belum batal). [HR Bukhari dan Muslim. Secara lengkap
lihat Riyadhush Shalihin, no. 11].
9. Orang yang ikhlas dalam bershadaqah, ia termasuk tujuh golongan
yang akan mendapat perlindungan dari Allah pada hari kiamat kelak. [HR
Bukhari dan Muslim].
10. Orang yang ikhlas membangun masjid, maka ia akan dibangunkan rumah di surga. [HR Ahmad, Bukhari, Muslim dan lainnya]
11. Orang yang tawadhu` dengan ikhlas karena Allah, ia akan diangkat derajatnya oleh Allah. [HSR Muslim]
12. Ada tiga perkara yang menjadikan hati seorang mukmin tidak
menjadi seorang pengkhianat, yaitu : ikhlas beramal karena Allah,
memberikan nasihat yang baik kepada pemimpin kaum muslimin, dan
senantiasa komitmen kepada jama’ah kaum Muslimin. [HR Bazzar, dari
sahabat Abu Said Al Khudri dengan sanad hasan. Lihat Shahih Targhib Wat
Tarhib 1/104-105, no. 4].
13. Ummat ini akan ditolong oleh Allah dengan orang-orang yang lemah,
karena keikhlasan mereka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
إِنَّمَا يَنْصُرُ اللهُ هَذِهِ الأُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا : بِدَعْوَتِهِمْ وَ صَلاَتِهِمْ وَ إِخْلاَصِهِمْ
Sesungguhnya Allah menolong ummat ini dengan orang-orang yang lemah
dengan do’a, shalat dan keikhlasan mereka. [HSR Nasa-i, 6/45].
14. Orang yang ikhlas akan ditolong oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari penyesatan iblis. [Shad : 82-83].
15. Orang yang ikhlas akan ditambah petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. [Al Kahfi : 13].
16. Orang yang berdzikir dengan ikhlas dan sesuai dengan Sunnah, maka ia akan diberi ketenangan hati [Ar Ra’d : 28].
BEBERAPA FAKTOR YANG DAPAT MENDUKUNG IKHLAS
Ada beberapa faktor yang dapat mendukung seorang muslim, sehingga mampu
melakukan ibadah dengan ikhlas karena Allah, kendati pun ikhlas itu
sangat sulit. Beberapa faktor tersebut ialah:
1. Belajar menuntut ilmu yang bermanfaat, yaitu mempelajari Al Qur`an
dan As Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih, karena mereka berada
di atas kebenaran.
2. Berteman dengan orang-orang shalih. Ini termasuk faktor yang dapat
mendorong keikhlasan. Berteman dengan orang-orang yang shalih dapat
memotivasi diri untuk mengikuti jejak dan tingkah laku mereka yang baik,
mengambil pelajaran dan mencontoh akhlak mereka yang baik. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan perumpamaan tentang sahabat
yang baik dan yang tidak baik dengan sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, yang artinya: Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan
teman yang buruk, ialah seperti pembawa minyak wangi dan peniup tungku
api (pandai besi). Pembawa minyak wangi boleh jadi akan memberimu, bisa
jadi kamu akan membeli darinya. Dan kalau tidak, kamu akan mendapat bau
harum darinya. Sedangkan peniup tungku api (pandai besi), boleh jadi
akan membakar pakaianmu, dan bisa jadi engkau mendapatkan bau yang tidak
sedap darinya. [Muttafaqun ‘alaihi, dari Abu Musa Al Asy’ari]
3. Membaca sirah (perjalanan hidup) orang-orang yang ikhlas. Di
antara karunia Allah, banyak kisah yang Allah sebutkan di dalam Al
Qur`an dan dikisahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallm
tentang orang-orang yang mukhlis. Semua itu agar menjadi ibrah dan
contoh bagi orang-orang sesudahnya.
4. Bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu. Seseorang tidak akan dapat
mencapai keikhlsan kalau tidak bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu,
kecintaan kepada kedudukan dan ketenaran, gila harta, sanjungan, dengki,
dendam, dan lain-lainnya.
5. Berdo’a dan memohon pertolongan kepada Allah. Ini termasuk salah
satu jalan yang bisa menguatkan dan menopang agar seseorang
bersungguh-sungguh untuk ikhlas dalam ibadah. Doa adalah senjata orang
mukmin. Untuk dapat mewujudkan permintaan dan memenuhi kebutuhannya,
manusia disyariatkan Allah agar berdoa. Di antara doa itu ialah :
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئاً نَعْلَمُهُ وَ نَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ نَعْلَمُ
Ya, Allah. Sesungguhya kami berlindung kepadaMu agar tidak
menyekutukanMu dengan sesuatu yang kami ketahui. Dan kami memohon ampun
kepadaMu dari sesuatu yang kami tidak mengetahuinya. [HSR Ahmad 4/403
dan sanadnya hasan. Hadits ini diriwayatkan juga oleh Imam lainnya].
Mudah-mudahan Allah menjadikan kita orang yang ikhlas, sehingga
seluruh amal kita bisa diterima sebagai simpanan yang bermanfaat kelak.
Wallahu ‘alamu bish shawab.
Maraji:
• Riyadhush Shalihin, tahqiq Syaikh Al Albani.
• Bahjatun Nadhizirin Syarah Riyadhush Shalihin, Syaikh Salim bin ‘Id Al Hilali.
• Shahih Muslim dan syarahnya, Imam An Nawawi.
• Sunan Ibnu Majah dan Shahih Ibnu Majah.
• Musnad Imam Ahmad.
• Asma’ Wa Shifat, Imam Baihaqi, tahqiq Imaduddin Ahmad Haidar.
• Hilyatul Aulia, Abu Nua’im Al Ashbahani, Cet. I Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah.
• Madarijus Salikin, Juz 2, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah.
• Majmu’ Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
• At Targhiib Wat Tarhib, Juz 1, Imam Al Mundziri.
• Al Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, Imam An Nawawi.
• Badai’ul Fawa-id, oleh Ibnul Qayyim Al Jauziyyah, tahqiq Basyir Muhammad ‘Uyun, Cet. II, Tahun 1425 H.
• Minhajus Sunnah, Juz 6, Ibnu Taimiyyah.
• Jami’ul ‘Ulum Wal Hikam, oleh Ibnu Rajab Al Hanbali.
• Iqadhul Himam Al Muntaqa Min Jami’il ‘Ulum Wal Hikam, Syaikh Salim Al Hilali.
• Shahih At Targhib Wat Tarhib, Syaikh Al Albani.
• Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, Juz 6, no. 2656.
• Shahih Jamiush Shaghir.
• Majmu’ Fatawa War Rasa-il, Juz 1, Syaikh Utsaimin.
• Tafsir Ibnu Katsir.
• Tazkiyatun Nufus, Dr. Ahmad Farid.
• Al Ikhlas, Dr. Umar Sulaiman Al Asyqar.
• Al Ikhlas, Syaikh Husain Al Awayisyah.
• Al Ikhlas Was Syirkul Asghar, Abdul Aziz Al Abdul Latif.
• Dalilul Falihin Lithuruq Riyadhus Shalihin, Muhammad Allan Ash Shiddiqi.
• Kalimatul Ikhlas Wa Tahqiqu Ma’naha, Ibnu Rajab Al Hanbali.
• At Tawassul Anwa’uhu Wa Ahkamuhu, Syaikh Al Albani.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun IX/1426H/2005M
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.
8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
_______
Footnote
[1]. Secara lengkap kisah hadits ini dapat dilihat dalam kitab Riyadhush
Shalihin, no. 13, Tahqiq Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Bab
Ikhlas.
[2]. Selengkapnya kisah ini dapat dilihat dalam kitab Riyadhush Shalihin, no. 31, Bab. Shabar.
[3]. Hadits-hadits ini dikumpulkan dari beberapa hadits yang hasan dan
shahih dari kitab Shahih Jami’ush Shaghir, oleh Syaikh Al Albani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar